Jumat, 31 Oktober 2014

Menikmati Penantian



Beruntunglah orang yang peka. Peka saat dirinya disentil karena lupa. Tapi lebih beruntung lagi orang yang senantiasa ingat. Ingat akan hakikat dirinya di dunia. Namun, teringat perkataan seorang guru bahwa lupa adalah sifat dasar manusia. Jadi, seringlah berdoa agar dilindungi darinya. Terutama lupa dari janji setia sebelum hadir di dunia.

Orang sering berkata bahwa manis itu bisa tercipta setelah pahit pernah terasa. Maka jangan dulu tergesa menghakimi susah. Karena bisa jadi ia ada agar bahagia itu makin terasa indah. Maka dari itu terus berikhtiarlah, dengan tanpa meninggalkan doa. Karena keduanya yang menjadikan Allah suka.

Jumat, 26 Juli 2013

Menurunkan Al-Quran dalam Hati

Perdebatan mengenai benarkah Al Quran pertama kali diturunkan pada malam Nuzulul Quran, yang bertepatan jatuh pada malam ini, malam 17 Ramadhan, masih belum dapat disatukan dalam suatu kesepahaman. Namun, tulisan ini tidak akan membahas tentang perdebatan tersebut, melainkan lebih kepada hakikat diturunkannya Al-Quran itu sendiri bagi masing-masing individu.
Berikut merupakan rangkuman dari tausiyah tarawih malam ini:
Malam Nuzulul Quran seharusnya dapat dijadikan momentum untuk menjadikan Al-Quran turun ke dalam diri kita masing-masing. Diceritakan dari kisah nyata, ada seorang wanita yang mencoba bunuh diri sampai dua kali. Akan tetapi, kedua-duanya gagal karena ada saja yang datang untuk menyelamatkannya. Setelah kegagalan yang kedua, wanita itu dengan izin Allah mendatangi sang Ustad untuk mendiskusikan permasalahannya. Sang Ustad dengan perlahan-lahan mendengarkan dan mencoba memberi solusi atas setiap permasalahan si wanita dengan selalu merujuk pada Al Quran. Wanita tersebut semakin lama semakin tersadar bahwa ternyata selama ini semua solusi hidup sudah ada petunjuknya dalam Al Quran. Semenjak kejadian itu, dia mempunyai keyakinan kuat bahwa semua hal pasti dapat diselesaikan dengan berpedoman dengan Al Quran. Tiga bulan berikutnya, sang Ustad mendapat telepon dari wanita tersebut yang saat itu berada di depan Ka'bah dengan suara bergetar karena menangis tersedu-sedu atas pertobatannya di Rumah Allah itu. Subhanallah.
Cerita kedua datang dari seorang ibu rumah tangga yang pada awalnya sangat kesulitan membaca huruf hijaiyah, bahkan membedakan antara "nun" dan "ba'" saja masih sering tertukar. Namun, dengan disuntik semangat bahwa orang yang belajar membaca Al Quran dengan terbata-bata akan dijanjikan dua kebaikan, ibu tersebut mengalami akselerasi yang mengagumkan. Saat ini, ibu tersebut sudah menjadi da'iyah bagi orang-orang di sekitarnya dengan selalu mengaitkan semua solusi permasalahan dengan Al Quran.
Menjadikan Al Quran ada dalam diri tentu membutuhkan usaha yang tidak mudah karena Allah hanya memberi petunjuk kepada yang Dia kehendaki. Tugas kitalah untuk menjadi hamba yang layak untuk 'dikehendaki' tersebut. Mungkin lima ayat yang turun pertama kali yaitu Q.S. Al-Alaq ayat 1-5 bisa dijadikan penguat dalam usaha mendatangkan Al Quran ini. Ayat pertama yang memerintahkan manusia untuk membaca adalah langkah awal dalam mencari ilmu. Semakin banyak dan semakin sering membaca, ilmu akan bertambah. Akan tetapi, yang sering terlewatkan atau bahkan yang belum disadari (terutama oleh saya sendiri) adalah perintah implisit pada ayat keempat, yang artinya "Dia yang mengajarkan dengan qolam (pena)". Ayat ini mengandung perintah kepada manusia untuk mempertahankan ilmu yang mereka peroleh dan menjadikan ilmu tersebut lebih bermanfaat. Caranya adalah dengan menuliskannya. Ya, ilmu itu akan bertahan dan berlipat-lipat manfaatnya jika ditulis kemudian disebarluaskan. 
en.wikipedia.org

“Ilmu pengetahuan adalah laksana binatang buruan dan penulisan adalah tali pengikat buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruanmu dengan tali yang teguh.”
Manfaatkan media yang ada untuk menuliskan apa yang telah kita dapat sehingga dapat melipatgandakan manfaat. Sebab ilmu yang hanya disimpan dalam pikiran dan hati dan tidak pernah disampaikan akan menjadikannya mubazir.
Semangat menulis!

nb: jadi teringat dengan postingan seorang teman belum lama ini (monilando.blogspot). Tema yang sepertinya pas untuk Ramadhan kali ini.

Sabtu, 13 Juli 2013

Oleh-oleh Seminar TIPH (yang tertunda)

Seminar TIPH (Tuhan, Inilah Proposal Hidupku) dengan pembicara inspirator SuksesMulia, Jamil Azzaini, saya ikuti pada akhir Juni lalu bersama seorang teman. Merasa banyak manfaat yang sudah kami peroleh, kami pun berjanji akan segera membuat tulisan untuk menyebarkan manfaat tersebut lebih luas lagi. Namun, dimensi "segera" itu baru terterjemahkan menjadi saat ini. Padahal teman saya sudah jauh lebih dulu menyelesaikan janji itu. (maaf ya Mon...)
"Untuk apa sih merencanakan kehidupan? Kenapa gak let it flow aja?"
Membuat rencana mengenai kehidupan itu berarti menjadi berbeda, tidak akan membiarkan dirinya hanya mengikuti arus begitu saja. Jika let it flow ke sungai yang jernih kemudian berujung pada samudera yang luas dan indah sih oke, tapi jika ternyata flow-nya (maaf) ke septic tank bagaimana? Masih ingin terus melanjutkan prinsip let it flow Anda?
Seorang mahasiswa tingkat akhir di Stanford University terpaksa men-DO-kan diri dan pulang untuk meneruskan usaha ayahnya yang hampir bangkrut. Banyak cibiran yang ditujukan kepadanya mengingat usia, pendidikan, dan pengalamannya yang masih sangat minim. Akan tetapi, dia mampu membungkam semua cibiran itu tidak hanya dengan mengentaskan perusahaannya keluar dari garis kebangkrutan, tetapi juga membuat perusahaannya berjaya. Dialah Azim Premji, orang terkaya ke-21 di dunia (Forbes, 2007). Saat ditanya apa kiat suksesnya, dia menjawab “Karena saya membuat proposal hidup dan berusaha keras mewujudkannya”. 
sumber: mardiantony.com


Rabu, 13 Februari 2013

Setubuh


Banyak nasehat yang menyuruh umat muslim untuk saling mendoakan saudara seimannya, apalagi jika dilakukan dalam diam. Malaikat pun sudah dijanjikan akan mendoakan hal yang sama bagi sang pendoa. Dengan meyakini hal tersebut, niscaya kita bisa memperoleh pahala haji meski belum mampu. Caranya adalah dengan setulus hati mendoakan para jamaah haji yang akan menunaikan rukun islam kelima itu.
Pernahkah mendengar hadis yang menyatakan bahwa umat muslim itu diibaratkan seperti satu tubuh? Jika yang satu sakit maka yang lain pun ikut merasakan. Tidak akan pernah diri ini menyalahkan kaki jika tidak sengaja kaki menyandung batu. Karena dengan penuh kesadaran kita akan mengakui jika kaki tidak akan bergerak sendiri tanpa ada keinginan dan dorongan dalam diri.
Sama halnya dengan sakit, pada saat nikmat datang, misalnya saat lidah mengecap makanan yang lezat dan menyehatkan, maka seluruh tubuh pun akan mendapat manfaatnya. Jadi bagaimana bisa saat lidah mendapat nikmat dengan mengecap makanan lezat, tiba-tiba kaki berontak, rambut iri, atau tangan dengki? jadi saat saudara muslim mendapat nikmat, tapi hati merasa iri dengki dan semacamnya, maka kesehatan hati perlu dipertanyakan.
Tapi definisi setubuh ini mungkin tidak akan ada habisnya jika diperdebatkan di saat masing-masing pribadi masih menganggap muslim yang tidak semahzab, sepaham, separtai, atau seharokah bukanlah saudaranya. Padahal perbedaan yang ada dengan syarat tetap berada pada koridor ketauhidan yang benar itu sudah diniscayakan.
Selain setubuh, umat muslim juga diibaratkan seperti sebuah bangunan. Tidak mungkin semua bagian hanya berupa tiang pancang, melainkan bangunan itu terdiri dari macam-macam bentuk dan bahan yang memiliki fungsinya masing-masing, tapi tetap mempunyai satu visi besar, yaitu membentuk sebuah bangunan.
Jadi tidak benar rasanya jika menghujat cara dakwah yang dirasa berbeda dari dakwah yang biasa dilakukannya.  Karena tidak mungkin semua dakwah itu bersikap keras, begitu pula tidak mungkin semua dakwah terlalu lembut. Sesungguhnya semua saling melengkapi karena setiap orang akan memiliki getaran keimanan yang berbeda terhadap suatu hal. Ada yang hatinya tersentuh jika diingatkan soal kematian, ada juga yang menangis tersedu-sedu bila diingatkan akan sedekah, ada juga yang meningkat keimanannya dengan disuntik semangat nahi mungkar.
Bangkitkan semangat untuk terus bersaudara, bukan bercerai berai.

Senin, 14 Januari 2013

Seni Menata Hati dalam Bergaul


Oleh AA Gym
Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan , yang insyaallah akan terasa indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak akan pernah langgeng dan cenderung menjadi masalah. Berikut ini rumus 3A agar kita bisa bergaul dengan baik bersama hamba-hamba Allah yang lainnya. Semoga bermanfaat:
1.       Aku bukan ancaman bagimu
Kita tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain, terlebih dahulu kita simak rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya.” (H.R. Bukhari)
-          Hindari penghinaan apapun yang bersifat merendahkan, ejekan. Penghinaan dalam bentuk apapun terhadap seseorang, baik tentang kepribadian, bentuk tubuh, dan sebagainya jangan pernah dilakukan karena tak ada masalah yang selesai dengan penghinaan, yang ada adalah perasaan sakit hati serta rasa dendam.
-          Hindari ikut campur urusan pribadi. Hindari pula ikut campur urusan pribadi seseorang yang tidak ada manfaatnya jika kita terlibat. Seperti yang kita maklumi setiap orang punya urusan pribadi yang sensitive, yang bila terusik niscaya akan menimbulkan keberangan.
-          Hindari memotong pembicaraan. Sungguh dongkol bila kita sedang berbicara kemudian tiba-tiba dipotong dan disangkal, berbeda halnya bila uraian tuntas dan kemudian dikoreksi dengan cara yanga rif, niscaya kita pun berkecenderungan menghargainya bahkan mungkin menerimanya. Maka latihlah diri kita untuk bersabar dalam mendengar dan mengoreksi dengan cara yang terbaik pada waktu yang tepat.
-          Hindari membandingkan. Jangan pernah dengan sengaja membandingkan jasa, kebaikan, penampilan, harta, kedudukan seseorang sehingga yang mendengarnya merasa dirinya tidak berharga, rendah atau merasa terhina.
-          Jangan membela musuhnya, mencaci kawannya. Membela musuh maka dianggap bergabung dengan musuhnya, begitu pula mencaci kawanya berarti memusuhi dirinya. Bersikaplah yang netral, sepanjang diri kita menginginkan kebaikan bagi semua pihak, dan sadar bahwa untuk berubah harus siap menjalani proses dan tahapan.
-          Hindari merusak kebahagiannya. Bila seseorang sedang berbahagia, janganlah melakukan tindakan yang akan merusak kebahagiannya. Misalkan ada seseorang yang merasa beruntung mendapatkan hadiah dari luar negeri, padahal kita tahu persis bahwa barang tersebut buatan dalam negeri, maka kita tak perlu menyampaikannya, biarlah dia berbahagia mendapat oleh-oleh tersebut.
-          Jangan mengungkit masa lalu. Apalagi jika yang diungkit adalah kesalahan, aib atau kekurangan yang sedang berusaha ditutupi. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kesalahan yang sangat ingin disembunyikannya, termasuk dari kita. Maka jangan pernah usil untuk mengungkit dan membeberkannya. Hal seperti ini sama dengan mengajak bermusuhan.
-          Jangan mengambil haknya. Jangan pernah terpikir untuk menikmati hak orang lain, setiap gangguan terhadap hak seseorang akan menimbulkan rasa tidak suka dan perlawanan yang tentu akan merusak hubungan. Sepatutnya kita harus belajar menikmati hak kita agar bermanfaat dan menjadi bahan kebahagiaan orang lain.
-          Hati-hati dengan kemarahan. Bila anda marah, maka waspadalah karena kemarahan yang tak terkendali biasanya menghasilkan kata dan perilaku yang keji yang sangat melukai, dan tentu perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di lingkungan manapun. Kita harus mulai berlatih mengendalikan kemarahan sekuat tenaga dan tak usah sungkan untuk meminta maaf andaikata ucapan dirasakan berlebihan.
-          Jangan menertawakannya. Sebagian besar dari sikap menertawakan seseorang adalah karena kekurangannya, baik sikap, penampilan, bentuk rupa, ucapan dan lain sebagainya. Dan ingatlah bahwa tertawa yang tidak pada tempatnya serta berlebihan akan mengundang rasa sakit hati.
-          Hati-hati dengan penampilan, bau badan, dan bau mulut. Tidak ada salahnya kita selalu mengontrol penampilan, bau badan dan bau mulut kita karena penampilan atau bau badan yang tidak segar akan membuat orang lain terusik kenyamanannya dan cenderung ingin menghindari kita.

Wah, ini lanjutannya menghilang entah kemana. Beginilah jika tulisan dibiarkan terlalu lama mengendap dan tidak segera diselesaikan. Namun daripada mubazir, saya nekat saja membagikannya dengan harapan bisa bermanfaat.
Kalau boleh berkomentar atas tulisan aa Gym di atas, yang paling sering membuat saya terlena adalah menghindari merusak kebahagiaan orang lain. Komentar yang awalnya diniati untuk bercanda bisa saja tanpa disadari membuat orang lain terluka. Dan setelah itu tetap saja doa agar diri ini jangan sampai menyakiti orang lain sering lupa diselipkan. Astaghfirullah…

Rabu, 02 Januari 2013

wanprestasi

Mengatasnamakan kesibukan untuk tidak melaksanakan janji mungkin suatu waktu akan terkesan menyelematkan, tapi apakah setelah itu perasaan menjadi tenang? Jika jawaban Saudara tidak, berarti kita sealiran.

Pernah suatu saat saya berjanji akan banyak menulis di blog ini. Dan kenyataannya jauh dari harapan.

Kalau setelah ini saya bertekad untuk sering menulis, apakah saya akan mencederai janji saya lagi? Sebenarnya pertanyaan semacam ini tidak perlu dan tidak seharusnya terucap. Karena frasa "setelah ini" masuk dalam dimensi waktu masa depan, jadi sebisa mungkin jangan sampai terkotori dengan keputusasaan, pesimistis, dan kecurigaan yg tidak berdasar. Bismillah, yakin bisa (mungkin dengan diiringi sedikit perbaikan niat agar diri ini terus bergerak dan hasilnya bisa bermanfaat)


Published with Blogger-droid v2.0.3

Selasa, 18 September 2012

Henshin!!!


Kalimat “jangan mengatakan apa yang tidak kamu lakukan” sebenarnya menjadi beban terbesar saya menulis hal-hal semacam ini. Alhamdulillah, entah sejak kapan, perlahan tapi (agak) pasti, saya jadi semangat menghadiri majlis-majlis ilmu atau lebih kerennya disebut  pengajian. Tujuannya dari dulu yang saya tahu ya mencari ilmu, syukur-syukur bisa dipraktekkan. Eh tapi ternyata itu saja tidak cukup. Adalah ustad syams, yang mengaku nama bekennya Sammy, yang menjadi wasilah datangnya ilham bahwa tujuan datang ke majlis itu sebenarnya adalah untuk “berubah”. Rasanya memang sayang seribu sayang kalau kedatangan kita yang bisa saja dinilai sedekah ini tidak disertai dengan follow up berupa perubahan diri. Yak, disini kemauan dan doa yang punya banyak peran.
Langsung saja masuk pada materi kajian tauhid kali ini. Tidak biasanya tema yang diangkat bukan salah satu dari 99 Nama Mulia itu, tapi tema kali ini adalah zikrullah, seberapa banyak kita mengingat Allah. Aa Gym memberikan analogi produk-produk Jepang yang sangat mudah kita temui dimana saja: jam tangan, AC, televisi, motor, mobil, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tiap kali kita membaca nama produk-produk tersebut apa yang terlintas pada pikiran kita? Yakin, banyak yang langsung ingat Jepang.
Nah, kalau tiap kali melihat produk Jepang yang masih bisa “dihitung” itu saja kita jadi ingat Negara pembuatnya yaitu Jepang, bagaimana dengan ingatan kita atas apa yang kita lihat setiap waktunya? Ciptaan siapakah tangan, kaki, wajah, rambut, semua yang ada pada diri kita, juga semua yang ada di alam semesta?
Demi menyambungkan dengan judul tulisan ini, saya coba hubungkan zikrullah dengan berubah. Jadi adakah perubahan yang terjadi setelah dapat materi kali ini? Sedikit, tapi semoga menjadi wasilah datangnya hal yang besar, yaitu doa agar dihindarkan dari lalai, lalai dalam mengingat Allah. Semoga bisa istiqomah. aamiin

PS: sempat sepulang dari kajian ini diri ini merasa sangat menyesal sedang mengkhianati-Nya. Merasa diri menjadi orang fasik. Sudah tahu diri ini salah, tapi masih saja terus melakukan yang Dia tidak suka. Ya Allah ampunilah, maafkanlah. Maka dari itu, segerakanlah.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...